Pemerintah Kabupaten Belitung Memanfaatkan Tradisi Cheng Beng Menjadi Potensi Wisata

- 8 Maret 2024, 16:00 WIB
Cheng Beng sebagai potensi wisata, bertujuan mempromosikan toleransi antar-etnis dan memulihkan industri pariwisata lokal.
Cheng Beng sebagai potensi wisata, bertujuan mempromosikan toleransi antar-etnis dan memulihkan industri pariwisata lokal. /YouTube

Betare Belitong - Tradisi Cheng Beng atau ziarah makam leluhur yang telah lama menjadi bagian dari budaya Tionghoa, kini dimanfaatkan pemerintah kabupaten Belitung sebagai potensi wisata.

Dalam rangka ini, mereka menggelar festival internasional yang diberi nama "Belitung Chinese Festival 2024".

Festival ini dijadwalkan berlangsung dari 1 Maret hingga 4 April 2024, sesuai dengan momen Cheng Beng, dan berpusat di Pemakaman Pilang, yang merupakan pemakaman etnis Tionghoa terbesar di Pulau Belitung.

Melalui festival ini, pemerintah kabupaten berharap dapat mempromosikan pesan toleransi antara etnis Melayu dan Tionghoa, dua kelompok etnis yang hidup berdampingan di pulau ini.

PJ Bupati Belitung, Yuspian, menyatakan harapannya bahwa festival ini dapat membantu memulihkan industri pariwisata di Belitung.

"Tentunya kegiatan festival yang kita sebut dengan Belitung Chinese Festival ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Belitung," ujarnya.

"Kami berharap potensi kegiatan festival ini dapat menarik hingga 4000 kunjungan wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang akan memberikan dampak positif terhadap ekonomi lokal."

Pada acara pembukaan, Ayie Gardiansyah Iskandar, Ketua Panitia Belitung Chinese International Festival 2024, menyerahkan bantuan alat kebersihan kepada Ketua Yayasan Budi Bakti.

"Bagi masyarakat Tionghoa, ziarah makam atau sembahyang kubur pada saat Cheng Beng adalah hal yang sangat penting," ujarnya.

Halaman:

Editor: Angga


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah