Persiapan Tahun Baru Imlek di Kelenteng Tertua Yogyakarta

- 8 Februari 2024, 19:22 WIB
Kelenteng Poncowinatan, Yogyakarta.
Kelenteng Poncowinatan, Yogyakarta. /

Betare Belitong - Suasana wangi dupa menyambut setiap langkah mendekati bangunan di Jalan Poncowinatan No.16, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Aroma harum tersebut berasal dari Kelenteng Twan Tee Kiong, lebih dikenal sebagai Kelenteng Poncowinatan.

Gedung yang didominasi warna merah ini terlihat meriah dengan berbagai ornamen, terutama lampion yang menghiasi ruangan. Kelenteng Poncowinatan, yang telah berusia sekitar 145 tahun, menjadi kelenteng tertua di antara dua kelenteng di Yogyakarta, dengan satu lagi, Kelenteng Fuk Ling Miau di Kecamatan Gondomanan.

"Kelenteng Poncowinatan ini didirikan pada tahun 1879. Saya sekarang (sebagai pengurus) adalah generasi ketiga," ungkap salah satu pengurus Kelenteng Poncowinatan, Margomulyo, ketika ditemui di kelenteng pada Rabu, 7 Februari 2024.

Menurut informasi dari situs Pemerintah DIY, jogjaprov.go.id, Kelenteng Poncowinatan atau Kelenteng Kwan Tee Kiong didirikan oleh komunitas etnis Tionghoa. Awalnya, kelenteng ini berasal dari penetapan Kawasan Poncowinatan sebagai Chinese Town (de Chinese bevolking) oleh Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.

Kelenteng yang dikelola oleh Yayasan Bhakti Loka ini menjadi salah satu Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta. Bagian dalam kelenteng terbagi menjadi beberapa ruangan, termasuk ruangan suci utama sebagai pusatnya, yang dikelilingi oleh ruang-ruang untuk pemujaan dewa, gudang, dan ruang kamar penjaga kelenteng.

"Kelenteng ini adalah yang tertua di Yogyakarta, bersama dengan (Kelenteng) Gondomanan. Inilah yang paling tua," tambah Margomulyo sambil menyiapkan perayaan Imlek di lokasi tersebut.

Selama bertahun-tahun, Margomulyo melanjutkan, tidak ada perubahan signifikan yang dilakukan pada bangunan ini. Hal ini dikarenakan kelenteng telah diakui sebagai bagian dari Cagar Budaya dan mendapatkan perlindungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Yang mengalami perubahan hanya lantai-lantai, atap, dan ruangan utama di dalamnya. Biasanya, perubahan hanya terbatas pada pengecatan ulang yang pudar. Tiang-tiangnya juga masih asli," jelasnya.

Margomulyo juga menyoroti bahwa Kelenteng Poncowinatan memiliki makna sebagai tempat pembelajaran. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Sekolah Dasar Tionghoa (Sekolah Tiong Hoa Hak Tong) yang didirikan oleh Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). Sekolah ini berlokasi di sebelah barat kelenteng dan saat ini digunakan sebagai Sekolah Budya Wacana. Di samping bangunan untuk kegiatan belajar-mengajar, terdapat juga lapangan untuk berlatih kungfu dan berbagai kegiatan lainnya.

Halaman:

Editor: Angga


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah