Antonio Guterres Memperingatkan Risiko Konflik Antara Israel dan Hizbullah

- 23 Juni 2024, 06:00 WIB
Antonio Guterres memperingatkan potensi konflik mematikan antara Israel dan Hizbullah, menyerukan de-eskalasi segera.
Antonio Guterres memperingatkan potensi konflik mematikan antara Israel dan Hizbullah, menyerukan de-eskalasi segera. /X.com @SoftWarNews/

Betare Belitong - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan pada Jumat, 21 Juni 2024 bahwa dunia berada dalam ancaman bencana, khususnya menyoroti potensi konflik destruktif antara Israel dan Hizbullah.

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada Rabu sebelumnya menyatakan kesiapannya menghadapi konflik skala penuh dengan Israel, termasuk kemungkinan serangan ke wilayah utara Israel, sebagai respons atas eskalasi ketegangan setelah salah satu komandan senior mereka tewas dalam serangan Israel di Lebanon selatan.

Guterres mengingatkan bahwa satu kesalahan perhitungan saja dapat memicu bencana yang luar biasa, melebihi batas yang terbayangkan.

Dia menekankan bahwa dunia tidak boleh membiarkan Lebanon mengalami nasib seperti Gaza, dan meminta kedua belah pihak untuk kembali berkomitmen pada perdamaian. Guterres menyoroti pentingnya de-eskalasi segera sebagai langkah krusial.

Sekretaris Jenderal PBB menegaskan bahwa solusi untuk konflik tersebut bukanlah melalui jalur militer. Dia menyampaikan keprihatinan atas korban jiwa dan pengungsi yang terjadi di Lebanon dan Israel, serta menyebut bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB telah berusaha meredakan ketegangan di lapangan dalam situasi yang sangat sulit, meskipun tanpa memberikan rincian spesifik.

Konflik roket antara Israel dan Hizbullah telah mengakibatkan puluhan ribu warga Israel dan Lebanon mengungsi dari rumah mereka selama sembilan bulan terakhir.

Israel melaporkan bahwa mereka sedang menghadapi keputusan penting yang bisa mengubah dinamika pertempuran dengan kelompok militan Syiah.

AS, di sisi lain, semakin khawatir dengan potensi konflik yang dapat melebar menjadi konflik regional yang melibatkan Hizbullah, dan kemungkinan keterlibatan pasukan AS.

Beberapa pejabat Amerika Serikat secara anonim menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghambat upaya de-eskalasi, dengan klaim bahwa Washington telah membatasi pengiriman senjata ke Israel.

Halaman:

Editor: Angga


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah