Network
Betare Belitong - Amerika Serikat telah menggunakan hak veto-nya dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menggagalkan upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB pada Kamis, 18 April 2024.
Rancangan resolusi yang diajukan oleh Aljazair dan merekomendasikan penerimaan Palestina sebagai anggota penuh PBB, hanya mendapat 12 suara mendukung, dengan dua abstain (Inggris dan Swiss), dan satu menentang.
Dengan veto tersebut, Palestina tidak bisa mengajukan pemungutan suara yang lebih luas di Majelis Umum PBB untuk mendapatkan status anggota penuh.
Otoritas Palestina mengecam tindakan Amerika Serikat sebagai "agresi" yang memperdalam ketegangan di Timur Tengah.
Menurut kantor Mahmoud Abbas, keputusan AS merupakan bentuk "agresi terang-terangan terhadap hukum internasional" dan dorongan untuk melakukan "perang genosida" terhadap rakyat Palestina.
Rancangan resolusi tersebut, yang merupakan salah satu yang paling singkat dalam sejarah Dewan Keamanan, merekomendasikan agar Palestina diterima sebagai anggota penuh PBB, namun bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat.
Sementara perang terus berkecamuk di Gaza, Palestina telah meminta agar permohonan mereka untuk menjadi anggota penuh PBB, yang awalnya diajukan pada tahun 2011, dipertimbangkan kembali oleh Sekretaris Jenderal PBB.
Pada tahun 2011, Dewan Keamanan gagal mencapai kesepakatan dalam mengirimkan rekomendasi ke Majelis Umum, yang harus melakukan pemungutan suara untuk menentukan status Palestina di PBB, sesuai dengan Piagam PBB yang melibatkan seluruh 193 negara anggotanya.
Palestina saat ini memiliki status Pengamat Tetap di PBB sejak tahun 2012, setelah sebelumnya menjadi pengamat di Majelis Umum.
